Pura Puncak Penulisan
Pucak, purnama kapat ( sasih kapat )
Pucak, purnama kapat ( sasih kapat )
Mengenang akan sejarah lama Pura pucak penulisan kita kembali awal mengenang jaman prasejarah tempo dulu. Berawal dari kisah tradisi sampai pada kisah modern saat ini. Dua bukit yang sangat penting didataran tinggi pulau bali. Pada kisah terdahulu diceritrakan dua bukit dalam kawasan satu area puncak diberi dua status nama yang sudah diyakini sampai saat ini yaitu bukit datwa dan pucak. Bukit datwa membentang kemunduk lampah dan bukit pucak membentang kemunduk lantang yang dianggap tulang punggung pulau bali (catur darma klawasan). Peradaban prasejarah bukit daatwa dianggap tempat hunian aktivitas orang yang dirajakan menjadi juru kunci orang sebagai kepala suku diwilayah kedatwan wilayah seputran wilayah kaldera wintang ranu (bintang danau) yaitu semua wilayah kecamatan kitamani sampai kebatas kuta desa blantih yang merupakan satu kedatwan. Pada jaman ini merupakan bukit datwa adalah tempat tinggal penguasa wilayah sedangkan pucak (pucak penulisan) yang ada diatas adalah tempat pemujaan dijaman megalit yaitu pemujaan batu besar yang dianggap sebagai tempat duduknya bapak akasa yang datang dari langit. Sehingga dipucak sendiri masih sebagai bukti batu besar yang dikeramatkan sampai sekarang yang dijaman dulu adalah dipakai media pemuajaan oleh para leluhur sebelumnya. Sebagai aktivitas perekonomian sudah jelas sistim pertanian dalam bentuk perkebunan kopi dan sebagai kebutuhan pokok bertanam beras gaga (beras merah) di tanah kauh (belantih) sudah bisa dinggap suatu peradaban lama yang kental diceritrakan dalam ceritra rakyat yang diyakini oleh masyarakat bahwa tanah padi gaga adalah milik bhatara yang berstana di pucak. Dijaman prasejarah juga dikenal cerita suling dalang dan timun mas adalah suami istri yang sangat rukun. Karena kerukunannya tersebut digagnggu oleh idung lantang, karena tidak berhasil merayunya sehingga idung lantang harus mencari dan membayar seorang pengagaggon bebek untuk merayunya keluar dari tempat persembunyiannya, setelah keluar timun mas langsung disergap dilarikan sampai keutara sampai diujung bukit tunggul untuk tidak sampai dipaksa timun mas oleh idung lantang, lalu timun mas membuat daya upaya, yaitu dipaksa idung latang untuk mencarikan sehelai bunga cempaka setelah idung lantang naik kepohon cempaka yang paling tinggi lalu hidungnya di tarik oleh timun mas hingga jatuh mati berserakan. Jari tangganya tumbuh menjadi pisang biyu kunti dan jari kakinya mentik menjadi kunyit. Dan timun mas mencari suaminya isuling dalang sampai dekat matahari panas dan ,mati terbakar. Ceritra ini sangat diyakini sehingga samapai sekarang kalau upacara biyu kunti menjadi sarana upacara di pucak dengan kisah ceritra idung lantan, suling dalang dan timun mas.
Jadi pada jaman prasejarah datwa adalah tempat tinggal dan pucak itu adalah tempat yang disucikan untuk memuja para roh-roh leluhur dijaman pemujaan batu besar. Dipastikan hanyalah dua tempat yang paling penting dalam peradaban masa lalu, yaitu pucak dan datwa. Pucak adah tinggi tempat suci dan datwa adalah dataran tempat manusia.
0 komentar:
Posting Komentar